Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Industri Game Indonesia
Kuartal awal tahun 2020 ini, dunia diresahkan dengan kemunculan pandemi Corona Virus Disease atau yang biasa disebut dengan Covid-19. Virus yang awalnya menginfeksi warga Wuhan, Cina ini kini sudah menyerang ke lebih dari 100 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Keberadaan virus ini di Indonesia sendiri mulai ditemukan sejak awal Maret 2020 kemarin. Sejak saat itu, korban yang terinfeksi virus Covid-19 ini terus bertambah, dan tidak sedikit pula yang meninggal dunia. Hal ini pun membuat Presiden Jokowi menerapkan beberapa kebijakan, seperti Social Distancing hingga Work From Home (WFH) yang memaksa para pekerja untuk bekerja dari rumah.
Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk menekan penyebaran virus. Namun, kebijakan tersebut juga memberikan dampak negatif untuk berbagai sektor industri, termasuk sektor industri kreatif termasuk game.
Beberapa waktu lalu, AGI sempat menyebarkan survei mengenai dampak pandemi Covid-19 ini terhadap industri game Indonesia kepada beberapa pelaku industri. Dan berikut adalah hasil surveinya.
Profil studio responden
Survei ini diisi oleh beberapa studio dengan skala yang bervariasi, namun yang mendominasi adalah studio dengan jumlah karyawan 6 hingga 10 orang (40%) diikuti dengan 11 sampai 25 orang (20%) dan lebih dari 50 orang (20%).
Studio ini bergerak di berbagai model bisnis, baik IP Development, Outsourcing, dan Service. Ada juga beberapa studio yang menjalankan lebih dari satu model bisnis.
Dampak Covid-19 terhadap model bisnis IP Development
Dari skala 1-5, banyak yang memberikan nilai 2 dan 3 alias dampak negatifnya sedang untuk bisnis yang digeluti. Beberapa dampak negatif yang terasa untuk bisnis IP development antara lain:
Beberapa proses partnership (seperti publishing dan investment) ditunda dalam waktu yang tidak bisa dipastikan dikarenakan frekuensi komunikasi yang semakin jarang. Terutama partnership dengan negara-negara Asia Timur yang merupakan asal dari pandemi Covid-19 ini.
Progress development melambat karena diberlakukannya kebijakan WFH. Salah satu permasalahannya ada di komunikasi antar tim yang kurang lancar.
Permintaan IP development menurun seiring adanya prioritas budget untuk penanganan Covid-19.
Namun, kebijakan isolasi di rumah rupanya juga memberikan dampak positif. Ada beberapa responden yang mengaku karena makin banyak orang di rumah, maka semakin banyak cari game dan menyebabkan penjualan game meningkat. Terutama game-game yang mendapatkan kesempatan di-featured di store.
Dampak Covid-19 terhadap model bisnis outsourcing
Berbeda dengan model bisnis IP development, studio yang menjalankan bisnis outsourcing merasakan lebih banyak dampak negatif dibandingkan positif seperti:
Project yang berdasarkan event tertentu jadi tertunda karena event-nya juga ditunda saat proses produksi akhir, akibat dari kebijakan lockdown keseluruhan di negaranya. Hal ini menyebabkan kelanjutan produksi & pembayaran juga tertunda.
Waktu menawarkan project baru, mulai sedikit berasa adanya persaingan harga dengan pihak lain seperti studio-studio yang lebih butuh untuk bertahan hidup dan freelancer yang terkena dampak pemutusan kerja di beberapa negara lain atau dari industri lain yang bisa substitusi (seperti aplikasi travel, animasi, etc).
Ada beberapa partner yang slow response ataupun no response untuk kurun waktu tertentu, terutama di negara yang kasus Covid-19-nya tinggi. Hal ini menghambat proses komunikasi dan development. Tentunya slow response ini akan memperlama proses dan berpengaruh terhadap waktu dan tentunya keterlambatan pembayaran.
Dampak Covid-19 terhadap model bisnis Service
Model bisnis service terkena dampak negatif yang paling besar dibandingkan dua model bisnis sebelumnya. Beberapa dampak negatifnya mirip dengan model bisnis outsourcing seperti pembayaran project yang tertunda dan susahnya komunikasi dengan client. Selain itu, ada juga dampak negatif lain seperti:
Demand terhadap pembuatan game menurun karena banyak perusahaan melakukan efisiensi dan alokasi budget untuk prioritas penanganan Covid-19
Untuk bisnis service di game publishing, ada penyesuaian rules dan job description terkait WFH, dan ini cukup challenging. Bagi mereka yang tidak memiliki perangkat memadai di rumah akan sulit WFH. Kebijakan WHF untuk sekian lamanya tentunya akan memperlambat proses internal secara keseluruhan.
Kebijakan Work From Home (WFH) = produktifitas turun
Dampak ekonomi Covid-19
Kekhawatiran terbesar dari Responden
Jika situasi ini terus berkepanjangan, ada beberapa kekhawatiran dari para responden seperti:
Krisis ekonomi global akan berakibat ke turunnya daya beli masyarakat umum. Lalu berdampak pada pengeluaran lebih berfokus ke kebutuhan sehari-hari ketimbang pengeluaran untuk hiburan seperti game.
Kondisi yang berlangsung berkepanjangan membuat kekhawatiran proyek-proyek dan pembayarannya ditunda untuk waktu yang lebih lama.
Project serious game yang berjalan dibatalkan karena klien harus melakukan penghematan.
Tidak adanya permintaan untuk service game sepanjang tahun 2020 sehingga membuat tim yang ada harus dikurangi dengan PHK. Beberapa responden mengaku tengah memikirkan opsi pengurangan karyawan, atau minimal mengurangi karyawan kontrak jika keadaan berlangsung sesuai dengan status tanggap darurat yang dicetuskan oleh BNPB hingga 29 Mei.
Kekhawatiran kru atau keluarga kru ada yang terkena Corona.
Permasalahan yang mungkin terjadi dalam setahun ke depan
Beberapa responden memberikan pendapat mereka mengenai permasalahan yang mungkin terjadi dalam setahun ke depan bagaimanapun situasi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Ekonomi yang belum stabil dan daya beli masyarakat yang menurun.
Kemungkinan kembalinya wabah
Kesulitan mendapatkan klien/partner dan mencari publisher
Hiburan digital harusnya bisa berdampak positif dikarenakan adanya isolasi sehingga lebih banyak orang yang mencari hiburan saat di dalam rumah. Namun sentimen negatif pasar terhadap produk Asia akan sangat besar, terutama untuk yang target marketnya Amerika Serikat. Momentum ini harusnya bisa digunakan untuk mulai mendongkrak pasar lokal
Event-event besar banyak yang tidak terlaksana. Conference untuk game juga banyak yang batal.
Untuk networking dengan negara lain agak susah. Dan kemungkinan setiap negara lebih memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam negaranya sendiri ketimbang dengan perusahaan dari negara lain.
Perekonomian secara global akan jatuh terlebih dahulu untuk kemudian bangkit kembali. Game akan dilihat lebih positif dibandingkan sebelumnya di mata masyarakat luas.
Semakin intensif persaingan di dunia kreatif, terutama game desain/2d/3d art outsourcing karena banyaknya tenaga freelancer yang menawarkan jasa serupa dengan fee yg kompetitif.
PHK masal sudah terjadi dan akan tetap berlangsung, maka akan banyak "tenaga ahli" Indonesia yang kembali ke Indonesia.
Harapan pelaku industri kepada pemerintah
Terakhir, para responden menyampaikan harapan mereka, apa saja kebijakan yang mungkin bisa dijalankan pemerintah untuk meminimalisir dampak yang melanda mereka, seperti:
Stimulus finansial untuk para personel selama pekerjaan masih belum menentu.
Infrastruktur (khususnya jaringan internet) yang lebih baik untuk mendukung aktivitas WFH yang saat ini dijalankan.
Investasi untuk menekan laju PHK karyawan dan terus berkarya untuk tabungan aset di tahun depan.
Sinergi bersama untuk fokus pada konsumsi produk dalam negeri dengan lebih menggencarkan promosi game lokal ke pasar lokal.
Pengendalian harga sehingga jangan sampai terjadi krisis ekonomi.
Insentif khusus bagi industri game berupa pinjaman tanpa bunga dengan tenor 5-15 tahun untuk memajukan industri game, dan juga alokasi anggaran pembuatan game dalam negeri untuk mendukung pariwisata.
Perlu menciptakan stimulus untuk perusahaan di sektor game dengan pengurangan tarif pajak PPH badan untuk perusahaan game atau pembebasan PPN untuk penjualan dari game sehingga perusahaan game lokal dapat lebih berkembang dengan mengalokasikan dana tersebut ke pengembangan produk.